“Upaya yang terkoordinasi ini memperkuat kemampuan kita untuk mengatasi masalah iklim dengan efektif,” kata prelatus tersebut.
Program ini terutama melibatkan integrasi tindakan ekologi dengan sakramen dan kegiatan Gereja lainnya.
“Misalnya, dalam pembaptisan dan komuni pertama, kami memberikan setiap peserta sebuah pohon untuk ditanam. Inisiatif ini melambangkan pertumbuhan iman dan tanggung jawab terhadap lingkungan,” jelasnya.
Ia mengatakan Gereja mendukung jenis produksi energi ini tetapi menekankan pentingnya manajemen yang hati-hati.
“Penting untuk menghormati adat lokal, terutama di Manggarai, di mana tradisi lokal dan kesejahteraan masyarakat menjadi hal yang utama,” katanya. “Sangat penting untuk memastikan bahwa proyek-proyek geothermal tidak mengganggu adat istiadat ini dan sebaliknya memberikan efek positif bagi penduduk setempat.”
“Gereja menganjurkan pendekatan seimbang yang melindungi lingkungan dan warisan budaya masyarakat,” tandas sang uskup.
Selain itu, Uskup Siprianus menyuarakan keprihatinannya mengenai penetapan pemerintah terhadap Labuan Bajo, yang juga terletak di keuskupannya, sebagai tujuan wisata premium.