oleh : Mgr Siprianus Hormat, Pr. Uskup Ruteng
Sepertinya maut yang tak terelakan. Kematian ini, lagi berpihak pada kebersamaan atau konfraternitas dalam provinsi SVD Ruteng. Pada pekan lalu, SVD atau tepatnya juga Keuskupan Ruteng telah ditinggalkan almarhum Pater Waser.
Mengawali pekan ini, kita semua mesti merasa kehilangan Bruder Willy Paat, SVD dan Pater Yohanes Djuang Tukan,SVD (Pater Yan). Keduanya kembali ke rumah abadi dalam selang waktu yang berdekatan.
Saya coba tafsir acak – acak sosok ketiganya seadanya saja. Sepertinya Pater Waser tak mau jalan sendiri. Pater Waser terlalu letih setelah kerja dan terus bekerja demi tanah Manggarai. Saatnya ia beristrahat dan ia meminta Bruder Willy, saudaranya untuk menemaninya dengan alunan suara klarinet kesayangannya. (kini andaikan saja, sekiranya Bruder Willy ada pada saat-saat perayaan ekaristi seperti ini, ia pasti lantunkan alunan suara klarinetnya).
Tetapi, hidup ini juga adalah keheningan dalam doa yang tekun. Dan karena itu, sepertinya pula Pater waser minta Tuhan agar sekiranya ia juga ditemani oleh sosok seperti Pater Yan Djuang Tukan ini. Kita semua tentu tertegun dengan kisah kematian yang beruntun ini. Dan masing-masing kita ditantang untuk sempatkan diri dalam ‘hening pribadi’ di dalam kontemplasi akan kedua hamba Tuhan ini.