Internasional, RMMedia – Situasi Prancis terus memanas selama sepekan terakhir setelah ratusan ribu orang yang dikomandoi serikat pekerja turun ke jalan menuntut Presiden Emmanuel Macron menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Reformasi Pensiun.
Dalam RUU tersebut, Presiden Macron menuntut parlemen menaikkan batas usia pensiun menjadi 64 tahun, dua tahun lebih lama dari aturan sebelumnya. Menurut Macron, perubahan tersebut dilakukan untuk menjaga kestabilan ekonomi negara.
Aksi protes sebenarnya sudah terjadi sejak Januari 2023 lalu, tidak lama setelah keputusan tersebut diumumkan. Namun, Pemerintah Prancis yang menolak bermediasi dengan serikat pekerja membuat masyarakat turun ke jalan dan melakukan mogok kerja.
Puncaknya terjadi sepekan terakhir. Pada Selasa (28/03) lalu, Kementerian Dalam Negeri Prancis memperkirakan 740 ribu orang turun ke jalan dan bergabung dengan serikat pekerja, mendesak penolakan RUU tersebut dan menuntut mediasi dengan Macron.
Namun aksi unjuk rasa Selasa kemarin tidak lebih buruk dari aksi sebelumnya tanggal 23 Maret 2023. Lebih dari satu juta warga Prancis dilaporkan mogok kerja dan turun ke jalan. Sejumlah orang merusak fasilitas umum di sejumlah kota seperti halte bus di Lyon dan Lille, pertokoan di Paris, hingga membakar bank di Nantes. Mereka juga bentrok dengan Polisi.
Menteri Dalam Negeri Gerard Darmanin melaporkan 13 ribu petugas dikerahkan di seluruh Prancis untuk mengamankan aksi pada Selasa lalu. 175 petugas polisi dilaporkan mengalami luka saat bentrok hari Selasa dengan pekerja.
BACA JUGA: Melihat Kembali Perjalanan Indonesia Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20
Akibat aksi tersebut, sejumlah pelayanan umum berhenti beroperasi hingga waktu yang belum ditentukan. Jalur kereta api paling sibuk di Paris, Gare de Lyon diblokir massa. Mereka menyalakan suar, kembang api, dan berjalan di sepanjang jalur kereta.
Sejumlah tempat wisata juga terpaksa ditutup imbas kejadian tersebut. Pada Senin (27/03) lalu, pekerja di museum Louvre menolak masuk. Menara Eiffel dan Istana Versailles juga ikut ditutup.
Sementara itu, petugas kebersihan yang ikut mogok menyebabkan sampah menggunung di Kota Paris. Serikat CGT mengatakan setidaknya 7000 ton sampah menumpuk di Kota Paris setelah petugas kebersihan berhenti kerja selama lebih dari tiga minggu terakhir.