Edgar Allan Poe, penyair, penulis, kritikus sastra, tokoh sentral dalam perkembangan Romantisisme, fiksi Gotik, dan dalam sastra Amerika, menegaskan bahwa kenikmatan paling murni, paling meninggikan, dan paling intens berasal dari kontemplasi akan keindahan. Ya, termasuk keindahan akan misteri penyelamatan oleh Yesus Kristus yang kita rayakan di hari Paskah.
Kontemplasi itu tidak hanya suatu kemewahan, tetapi sangat penting dalam ziarah kehidupan kita. Dalam narasi kehidupan Yesus, kita disuguhkan dengan kisah Yesus menepi dan menyepi dari keramaian menjalankan misi keselamatanNya untuk kontemplasi.
“What a man takes in by contemplation, that he pours out in love,” kata pastor Meister Eckhart, teolog dari Ordo Dominikan, salah satu tokoh terkenal gereja di abad pertengahan. Apa yang manusia cerap dari kontemplasi itulah yang dia tuangkan dalam cinta.
Maka, semoga di masa Prapaskah kita dapat mengikuti teladan Yesus sendiri yang menepi dan menyepi dari hingar bingar dan hiruk pikuk kehidupan untuk menikmati waktu perenungan, berkontemplasi yang mungkin kita membangun relasi yang intim dengan diri sendiri, sesama, alam semesta, dan berpuncak pada kemenangan Salib Kristus di Perayaan Paskah.*