NTT, RMMedia – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menghimbau Pemerintah Daerah, institusi terkait, dan masyarakat untuk bersiap dengan kemungkinan dampak musim kemarau yang akan datang lebih awal tahun ini.
Nusa Tenggara Timur (NTT), kata Dwikorita menjadi salah satu wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih awal tahun ini. Tahun 2023, BMKG memprediksi NTT akan mengalami musim kemarau di bulan April. Selain NTT, sejumlah wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih awal adalah NTB, Bali, dan sebagian daerah Jawa Timur.
“41 persen wilayah memasuki musim kemarau maju atau lebih awal dari normalnya. 29 persen wilayah memasuki musim kemarau dengan normalnya, dan 14 wilayah memasuki musim kemarau mundur atau lebih lambat dari normalnya,” ujar Dwikorita dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (06/03) lalu.
BACA JUGA : Adakan Roadshow Safari Partai NASDEM, Julie Laiskodat Targetkan Tujuh Kursi di Pileg 2024 Manggarai
Selain musim kemarau yang tiba lebih awal di sejumlah wilayah, BMKG juga memprediksi curah hujan yang turun selama musim kemarau normal hingga lebih kering dibandingkan biasanya.
“Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan, dan lahan, serta kekurangan air bersih. Perlu aksi mitigasi secara komperhensif untuk mengantisipasi dampak musim kemarau yang diperkirakan akan jauh lebih kering dari tiga tahun terakhir,” ujar Dwikorita.
Menurut Kepala BMKG tersebut, Pemda setempat bersama masyarakat harus lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan jenis penyimpanan air buatan lainnya melalui gerakan memanen air hujan. Hal ini akan membantu mengatasi kekeringan dan kelangkaan air bersih.