Ia mengungkap bahwa kebijakan pariwisata tersebut membawa pertumbuhan ekonomi dan penghargaan terhadap budaya di wilayah mereka, tetapi juga menyebabkan marginalisasi, eksploitasi sumber daya, dan erosi budaya.
“Keuskupan secara aktif mengatasi masalah-masalah ini untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan dengan pelestarian warisan lokal dan kesejahteraan masyarakat,” kata prelatus tersebut.
“Kami bertujuan untuk menciptakan pola pikir ekologi baru di paroki-paroki kami, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkuat hubungan antara iman dan pengelolaan lingkungan,” katanya.
Uskup Siprianus percaya bahwa program ini dapat sangat membantu mengatasi budaya pemaksaan yang, menurutnya, semakin umum di Keuskupan Ruteng dan Indonesia secara keseluruhan.
Ia mendorong umat beriman untuk secara aktif berkontribusi pada upaya keuskupan untuk mengurangi penggunaan plastik dan pemborosan makanan.
Selain itu, prelatus tersebut membagikan pandangannya tentang rencana pemerintah untuk membangun proyek geothermal di Manggarai Barat, yang berada di wilayah keuskupannya.”