Internasional, RMMedia – Yunani menghadapi ancaman pemogokan dan protes yang terjadi secara terus menerus sejak awal Maret 2023. Hal ini dipicu ketidakpuasan masyarakat terhadap sistem keamanan perkeretaapian di negara tersebut. Pasca kecelakaan kereta api yang menewaskan 57 orang pada 28 Februari lalu, Pemerintah Yunani tidak hanya menerima kritik dari masyarakatnya sendiri, tapi juga dari Uni Eropa.
Pemerintah Yunani dianggap lalai menangani sistem perkerataapian di negara tersebut dan terlalu menyalahkan petugas kereta api setempat atas insiden tersebut. Sebelumnya, tidak lama setelah kecelakaan kereta terjadi, Kepala Stasiun Larissa yang mengaku lupa mengubah rute salah satu kereta ditangkap dengan dakwaan pembunuhan karena kelalaian dan faktor gangguan transportasi.
Sabtu, 4 Maret kemarin, ratusan warga turun ke jalan, mengungkapkan kesedihan sekaligus kemarahan mereka dengan spanduk dan teriakan. Mereka menuduh pemerintahlah yang harus bertanggungjawab penuh atas kecelakaan tersebut.
“Kecelakaan tersebut merupakan kejahatan terencana yang disebabkan oleh kebijakan yang lebih mengutamakan keuntungan daripada nyawa,” kata Eksekutif Senior dari Organisasi Pemuda Partai Komunis Yunani (KNE), Theodoris Kostantis.
BACA JUGA : Tabrakan Kereta di Yunani, 43 Orang Tewas
Demonstrasi berlangsung hingga malam hari dan bentrok antara demonstran dengan polisi anti huru-hara di Athena tidak terhindarkan. Kementerian Ketertiban Umum mengatakan pembicaraan diadakan hanya dengan penyelenggara protes untuk mencegah kekerasan baru.
Terbaru, Pegawai Negeri Sipil akan melakukan pemogokan selama 24 jam bersam dokter, guru sekolah, supir bus, dan awak kapal feri. Mereka bergabung dengan pegawai kereta api yang melakukan aksi mogok selama delapan hari berturut-turut, yang menyebabkan kelumpuhan distribusi.