Bruder Willy dan Pater Yan telah jatuh ke tanah dan mati. Namun adalah tanggungjawab kita semua yang masih hidup ini, untuk hidupkan dan suburkan benih benih kesaksian hidup mereka yang unggul. Dalam pohon kehidupan kita masing-masing, apalagi bagi saya (saya andaikan saja) pohon beringin SVD Ruteng
Klarinet sukacita Bruder Willy tak akan pernah terdengar lagi; tetapi atmosfer sukacita dalam kebersamaan mesti tetap terasakan. Kepribadian bruder Willy dengan segala keunikan, karakter dan unjuk dirinya telah berakhir, tetapi sanggupkah kita masing-masing menemukan yang indah darinya dan melanjutkannya?
Sosok seperti Pater Yan, yang teduh-hening, apa adanya, sederhana (itu-itu saja). Punya wibawa rohani dan moral, hemat dalam kata namun bersaksi dalam sejuta makna, telah pergi. Pater Yan mewariskan nilai yang amat menantang, ketika kita-kita ini amat gelisah mengenai jaminan-jaminan hidup duniawi dan demi kepentingan pribadi {walau kita setia bernyanyi: jangan cemas tentang makanan, pakaian ataupun hiasan.}