Dari aspek mata pencaharian, menurut Pastor Frederikus, hampir 80 persen umat Keuskupan Agung Ende adalah petani.
“Usaha pertanian di wilayah Keuskupan Agung Ende, sangat tergantung pada curah hujan sebab sumber air (permukaan) tanah tidaklah banyak,” katanya.
Karena itu, Frederikus menegaskan, pemanfaatan sumber daya air yang tidak tepat dapat berujung pada kerusakan dan kelangkaan air serta berpotensi besar menimbulkan masalah sosial di tengah umat.
Lalu dari aspek budaya, pertanian membentuk kebudayaan dan tradisi umat di wilayah Keuskupan Agung Ende yang terungkap antara lain melalui struktur sosial dan ritus-ritus tradisional.
Dikatakan, keuskupan Agung Ende memiliki mekanisme tersendiri dalam mengambil keputusan di Keuskupan Ende.
“Oleh karena itu, Bapa Uskup bersama Kuria Keuskupan Agung Ende dan komisi-komisi terkait akan membicarakan hal-hal yang disampaikan dalam audiensi tersebut melalui rapat tersendiri,” kata Frederikus.
Para Uskup Gerejawi Ende Tolak Proyek Geotermal
Tak hanya itu, para Uskup Provinsi Gerejawi Ende mengeluarkan surat gembala Pra-Paskah 2025. Salah satu seruannya adalah menolak eksploitasi sumber daya yang merusak ekosistem, termasuk energi geotermal di Flores dan Lembata.