Kekecewaan serupa juga dirasakan oleh warga Gendang Taga, Kelurahan Golo Dukal. Mereka bahkan secara terang-terangan menolak kehadiran Hery Nabit saat berkampanye di wilayah mereka. Kondisi serupa terjadi di Kelurahan Tenda dan Satar Tacik, di mana warga meneriakkan seruan “Ganti Bupati” sebagai bentuk protes terhadap janji yang tidak ditepati.
Penolakan ini tidak hanya terjadi di satu atau dua tempat. Tercatat, delapan kecamatan secara terbuka menolak kehadiran Hery Nabit saat kunjungan dilakukan. Isu janji politik yang tak kunjung terealisasi menjadi penyebab utama gelombang kekecewaan ini.
Warga menilai janji-janji seperti bantuan ternak, infrastruktur, hingga pengadaan listrik hanyalah “lip service” yang tidak diikuti dengan tindakan nyata. Sebaliknya, kekecewaan ini berujung pada ketidakpercayaan publik terhadap petahana.
Dengan situasi ini, pertanyaan besar pun mengemuka: mampukah petahana memperbaiki citranya di tengah gelombang penolakan? Ataukah janji-janji yang terlontar di masa lalu hanya akan menjadi catatan sejarah kelam bagi kepemimpinannya? Hery Nabit kini berada di ujung tanduk politik, di mana kepercayaan publik menjadi taruhan besar bagi masa depan kariernya.