Lalu untuk apa Yesus sampai bertanyan tiga kali, dijawab tiga kali, sementara Yudas sendiri sudah mencium Dia untuk menunjukkan kepada para serdadu, para imam, para orang Farisi, yang mana Yesus itu? Lalu untuk apa pula Yesus menunjukkan kuat kuasaNya dalam jawaban “Ego sum” itu sehingga bikin mereka terdorong mundur dan jatuh?
Peristiwa di Taman Getsemani itu adalah suatu peristiwa hukum. Yesus ditangkap sebagai “Tersangka” yang kemudian dijadikan “Terdakwa” yang akan diadili. Yang diajarkan Yesus dalam peristiwa dalam penangkapan dirinya adalah suatu doktrin hukum “non error in persona” atau “non error in subjectief”. Tidak terjadi salah atau keliru tangkap orang yang mau ditangkap, dan diadili. Yesus benar-benar mau mestikan tidak terjadi “error in persona” atau “error in subjectif” itu.
Di samping itu, kepastian bahwa Dialah yang dicari membawa konsekuensi murid-murid yang bersamaNya saat harus dilepaskan, dibebaskan. Hal ini terungkap dalam pernyataan Yesus, “Dixi vobis, quia ego sum: si ergo me quaeritis, sinite hos abire” – Sudah Kukatakan, Akulah Dia. Karena Aku yang dicari maka biarkan mereka ini pergi. Yang dimaksud Yesus adalah murid-muridNya itu jangan ikut ditangkap, tetapi dilepaskan, dibiarkan pergi. Jadi, tiga kali pertanyaan Yesus itu, dan ditunjukkanNya kuat kuasaNya, sekaligus juga untuk menggenapi perkataanNya yang adalah janjiNya kepada murid-muridNya, “quia quos dedisti mihi, non perdidi ex eis quemquam” – Dari semua mereka yang Engkau berikan kepadaKu, tidak ada yang hilang binasa.