Nasional, RMMedia – Kebijakan strategis Jokowi soal larangan ekspor bijih nikel yang berlaku mulai 1 Januari 2020 lalu membuat Indonesia kini berhasil mengambil keuntungan besar dari ekspor produk hilirisasi nikel. Indonesia sejak 2020 diketahui mulai melakukan hilirisasi bijih nikel dalam negeri, membuat harganya melonjak tinggi saat diekspor.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik, Indonesia mencatat ekspor nikel sebanyak 777,4 ribu ton tahun 2022. Angka ini meningkat pesat hingga 367 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya. Catatan ekspor tahun 2022 ini diikuti juga dengan nilai total ekspor nikel yang mencapai US$5,97 miliar, meningkat 369 persen year on year.
Catatan BPS menyebut Tiongkok sebagai negara dengan permintaan terbesar terhadap produk nikel, menyusul Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Norwegia, dan India. Negara-negara ini tercatat sedang mengebut produk pengembangan kendaraan listrik.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan melonjaknya kinerja ekspor nikel Indonesia tahun lalu menjadi hasil manis Indonesia karena berani mengambil kebijakan melarang ekspor bijih nikel.
“Nikel begitu dilarang punya nilai tambah yang luar biasa. Ekspor olahan nikel tumbuh sangat tinggi. Perbandingan produk-produk yang memiliki nilai tambah dengan yang tidak memiliki nilai tambah sangat terlihat,” ujar Zulhas dalam konferensi pers awal tahun 2023 lalu.
BACA JUGA: Andreas Hugo Parera bagikan 1709 Beasiswa program PIP di siswa di Manggarai
Secara terpisah, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves), Luhut Binsar Pandjaitan me:negaskan Indonesia berencana menghentikan ekspor bahan mentah untuk sejumlah komoditas bahan tambang secara bertahap.
“Kita sudah punya industrinya, tapi ini satu sektor. Kita belum bicara bagaimana hilirisasi besi baja dan lainnya,” ujar Luhut di acara Jakarta Geopolitical Forum VII, Juni 2023 lalu.
Sebelumnya, Presiden Jokowi telah membuat road map program hilirisasi hingga tahun 2040. Peta tersebut terbuat untuk 21 komoditas, termasuk komoditas pertambangan. Komoditas-komoditas dalam peta tersebut terproyeksi mendapat nilai investasi hingga US$543,3 miliar atau sekitar Rp8128 triliun hingga 2040.