Menjual Centang Biru Untuk Memulihkan Ekonomi Perusahaan
Meta Platform Inc. memberhentikan 11 ribu karyawannya atau sekitar 13 persen dari total pegawai pada November lalu. Pemberhentian ini dilakukan selang seminggu setelah Elon Musk melakukan hal yang sama terhadap lebih dari 3.500 karyawan Twitter.
Dalam cuitannya di Twitter pada 4 November 2023, Elon Musk mengakui perusahaan tersebut tidak punya pilihan selain memecat karyawan akibat terus merugi.
“Mengenai pengurangan kekuatan Twitter, sayangnya tidak ada pilihan saat perusahaan merugi lebih dari 4 juta dolar per hari,” tulis Musk.
Dampak pandemi yang mulai mereda dan lambatnya pertumbuhan ekonomi sejak akhir 2022 membuat perusahaan teknologi seperti Twitter, Facebook, dan Instagram melakukan pemecatan untuk ‘menyelamatkan’ perusahaan.
Khusus untuk Meta, investasi gagal mereka terhadap ‘Metaverse’, sebuah dunia digital yang terintegrasi telah membuat perusahaan merugi hingga 143 triliun rupiah dalam kurun waktu tiga tahun (2019-2021). Sepanjang 2022 lalu, Metaverse bahkan merugi hingga 204 triliun rupiah.
Saham Meta bahkan anjlok sebesar 70 persen sepanjang tahun lalu, setelah laporan keuangan Meta merilis perusahaan tersebut mengalami penurunan laba sekitar 50 persen, dan pesimisme sejumlah pihak terhadap proyek Metaverse yang terus merugi.
Munculnya ide untuk menjual label centang biru pada Facebook dan Instagram dinilai menjadi salah satu cara Meta untuk meraup untung setelah serangkaian tren negatif dalam dua tahun terakhir.
Bank of America melakukan penelitian yang memperkirakan layanan tersebut akan menggaet 12 juta pelanggan pada 2024. Dengan asumsi jumlah pelanggan tersebut dan biaya berlangganan yang berkisar antara 180 ribu rupiah hingga 227 ribu rupiah, Bank of America mengestimasikan Meta dapat meraup keuntungan hingga 25,8 triliun rupiah pada 2024.
Greg Reynaldo