Namun, dari perbincangan bersama tim pendamping Unika di tengah perjalanan , sekilas diketahui ada kegiatan pelatihan sekelompok Ibu rumah tangga di kampung itu.
Pagi itu suasana kampung Dantar sedikit ramai. Aktivitas warga berjalan seperti biasa. Sementara sekelompok anak-anak seusia sekolah dasar sedang bermain sepak bola di tengah halaman kampung.
Juga, beberapa ibu terlihat sedang sibuk memilah jemuran padi dan kopi di halaman rumahnya, menyapa kami dengan senyuman yang hangat.
Jalan dari gerbang kampung menuju sebuah rumah yang jadi titik tujuan, hanya sedikit warga laki-laki yang kami jumpai. Dari cerita pak Yohanes, hampir sebagian besar laki-laki di kampung itu berada di perantauan. Rata-rata mereka berada di Kalimantan, sedangkan sisanya tersebar di Malaysia dan Papua.
“Kampung Dantar ini menjadi salah satu kampung yang populasi warga merantaunya lumayan banyak,” cerita pak Yohanes yang bisa dipanggil pak Jhon
Tak terasa, kami pun tiba di rumah tujuan. Sambil menggendong anak dan bayi, sekelompok Ibu berdiri menyalami kami satu per satu. Senyum di wajah mereka yang tulus mengusir kelelahan. Mereka adalah kelompok Lembu Nai, salah satu kelompok di bawah binaan gereja paroki Langke Majok.