Internasional, RMMedia – Beberapa pekan lalu, World Economic Forum merilis laporan yang membahas kekhawatiran pada pasar tenaga kerja global dalam kurun waktu lima tahun ke depan.
Dalam laporan tersebut, World Economic Forum menyebut munculnya ketakutan tersebut diakibatkan lesunya pertumbuhan ekonomi akibat resesi, serta kemunculan Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan.
Laporan tersebut disusun berdasarkan survei kepada lebih dari 800 perusahaan di seluruh dunia. Hasilnya, sebanyak 83 juta pekerjaan dikhawatirkan hilang, seiring dengan sejumlah perusahaan dan negara yang mulai mengadopsi AI dalam pekerjaan sehari-hari.
BACA JUGA: OpenAI Luncurkan Aplikasi ChatGPT untuk iPhone, Versi Android Akan Segera Hadir
Hal itu berisiko mengakibatkan hilangnya 14 juta pekerjaan atau setara dengan 2 persen pekerjaan saat ini.
Di Amerika Serikat, kekhawatiran tersebut semakin terlihat. Pesatnya perkembangan teknologi AI berdampak pada makin sulitnya orang Amerika memperoleh pekerjaan.
Dikutip Business Insider, Selasa (23/05), para pencari kerja di AS merasakan kesulitan melamar pekerjaan yang sangat jauh berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Banyak lamaran yang mereka kirimkan sama sekali tidak direspon.
Michael Keach, misalnya. Dia mengaku sudah mengajukan setidaknya 200 lamaran pekerjaan dan tidak satupun diterima.
BACA JUGA: Melodi dan Emosi, Perjalanan Sejarah Coldplay dalam Dunia Musik
“Saya sudah melamar di 200 pekerjaan dan hanya 30 lamaran yang datang dan mengatakan mereka mencari orang lain. Saya benar-benar bingung apa yang terjadi sekarang,” ujar Michael dikutip Business Insider.