Dua huruf yang merupakan inisial nama seseorang memenuhi timeline media sosial hari-hari ini.
Isunya seksi, sangat seksi. Tentang GR ini, kisahnya mulai diulik pada tiga tahun lalu. GR yang kala itu, seorang penjual martabak, tetiba jadi wali kota. Tak ada hambatan dalam proses pencalonan hingga dirinya menjadi orang nomor satu di wilayahnya. Partai pengusungnya memberinya tiket VIP tanpa antrean (baca: kaderisasi).
Dengan tiket gratis itu, tentu saja ada kalkulasi politik yang diperhitungkan partai. Ada nilai tertinggi yang ditanamkan partai yakni soal loyalitas.
Loyalitas kepada partai dengan segala konsekuensi aturannya, termasuk di antaranya harus tegak lurus terhadap keputusan politik partai.
Nah, pada hari-hari ini, loyalitas GR pada partai justru dipertanyakan dan mengundang kegeraman publik. Ini tidak lain karena sikap politiknya yang cenderung mendua, bahkan ikut di dalam pusaran bursa cawapres. Padahal, keputusan politik partainya sudah final mengusung pasangan GP dan MMD sebagai capres dan cawapres.