Opini, RM Media – Segerombolan ikan-ikan kecil di perairan Labuan Bajo terlihat sudah lelah. Selama ini mereka mencari laut. Tidak mereka temukan laut yang mereka cari.
Mereka pun sepakat bersidang. Topiknya, bagaimana mencari dan menemukan laut dengan cara yang efektif dan efisien.
Itu dua kata yang sangat populer dalam ilmu manajemen. Efektif, artinya apa yang dicari, mereka temukan. Sedangkan efisien berarti ada biaya sangat kecil untuk mencari dan menemukan laut itu.
Hasil rapat merekomendasikan agar gerombolan ikan-ikan kecil itu secara bersama-sama mendatangi dan menemui gerombolan ikan-ikan besar dimana laut bisa ditemukan.
Tibalah saatnya gerombolan ikan-ikan kecil ini bertemu dengan gembolan ikan-ikan besar.
Jangan Marah Jika Tak Sesuai Keinginanmu
Di depan ikan-ikan besar itu, bagaikan koor yang merdu, mereka bertanya: “Maaf, kawan-kawan senior. Anda semua lebih tua dan lebih berpengalaman daripada kami. Apakah Anda semua berkenan membantu menjawab pertanyaan kami?”
Dengan penuh kewibawaan, gerombolan ikan-ikan besar ini menjawab: “Silakan. Sebagai gerombolan ikan-ikan besar yang lebih tua dan berpengalaman, secara moral, kami harus berusaha membantu gerombolan ikan-ikan yang lebih kecil. Setidak-tidaknya membantu menjawab pertanyaan kamu”.
Kata gerombolan ikan-ikan kecil itu lagi: “Dimanakah kami dapat menemukan laut? Kami sudah mencarinya dimana-mana. Tetapi sia-sia saja. Belum kami temukan laut itu sampai dengan saat ini’.
Kata gerombolan ikan-ikan yang lebih tua dengan penuh keheranan: “Laut yang kamu cari? Laut adalah tempat kamu berenang sekarang ini”.
Anehnya, gerombolan ikan-ikan kecil ini justru menyangsikan validitas jawaban dari ikan-ikan besar itu.
“Sebagai senior yang baik, janganlah kamu membohongi kami ikan-ikan kecil ini. Sebab, yang ada di sekitar tempat kami berenang saat ini hanya air saja. Tidak ada lautnya”, kata gerombolan ikan-ikan kecil itu.
Ada rasa kecewa dan marah. Gerombolan ikan-ikan kecil ini meninggalkan gerombolan ikan-ikan besar. Walaupun tampak mulai lelah, gerombolan ikan-ikan kecil itu pergi mencari laut di tempat lain.
Jangan Cari Masalah Pada Orang Lain
Seringkali kemarahan kita cepat meledak melihat orang lain seolah-olah begitu mudahnya mendapatkan kekuasaan dan kekayaan.
Hal itu terjadi karena kita sering hanya melihat hasil akhirnya saja. Tidak pernah menyaksikan sejarah dan proses bagaimana seseorang merangkak dari bawah.
Seringkali mereka melewati proses berdarah-darah untuk bisa sampai ke puncak impian mereka
Seseorang meniti karier di partai mulai dari tingkat RT, RW, kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi sampai tingkat nasional.
Ada orang yang mungkin berbisnis mulai dari jualan kue keliling. Dari rumah ke rumah. Dari pasar ke pasar. Sampai akhirnya orang itu sukses. Ia menguasai pasar kue dalam ruang lingkup yang besar.
Kita sering marah pada diri sendiri. Selalu merasa diri kurang beruntung. Merasa diri tidak seberuntung orang lain yang kini jadi pejabat. Merasa diri tidak sekaya teman yang seusia.
Kita pun marah pada keadaan sekeliling kita. Salahkan orang lain, tidak berlaku adil terhadap kita. Salahkan pemerintah yang tidak memberikan kemudahan dalam bisnis.
Kita selalu melihat masalahnya ada di luar diri kita. Kita jarang mengoreksi diri. Tidak mengoreksi langkah-langkah kita sendiri yang salah.
Masalah Ada Pada Diri Sendiri
Pencarian yang sia-sia! Gerombolan ikan-ikan kecil itu ibarat mencari dirinya masing-masing di luar diri mereka.
Hai ikan-ikan kecil, katakan pada dirimu masing-masing: Proximus sum egomet mihi, aku paling dekat dengan diriku sendiri.
Oleh kerena itu, ne quaesiveris extra! Jangan mencoba mencari diri sendiri di luar diri Anda.
Tidak ada yang perlu dicari. Cukup hening sebentar. Buka matamu lebar-lebar. Lihatlah! Engkau tak mungkin lagi keliru: Laut itu ada di sekitarmu. Paling dekat dengan dirimu.
Mencari laut tidak perlu marah-marah. Marah itu bagai kegilaan sesaat. Musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri.
Oleh karena itu, orang yang menaklukkan kemarahannya menang atas musuh terbesar. Iracundiam qui vincit, hostem superat maximum! Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.
Oleh Edi Danggur